Suatu
senyawa kimia yang mencari pusat-pusat atom yang miskin elektron disebut nukleofil. Molekul semacam ini biasanya
mempinyai muatan negatif atau parsial negatif pada atom nukleofilik. Pusat-pusat
atom yang miskin elektron adalah merupakan suatu atom yang mempunyai muatan
positif atau parsial positif. Senyawa kimia yang kekurangan elektron yang bereaksi
dengan nukleofil disebut elektrofil. Contoh elektrofil termasuk asam Lewis seperti;
ZnCl3, Al Cl3, dan BF3; PBr3, SOCl2’ atom karbon yang berikatan dengan halogen
(F,Cl, Br dan I ), alfa karbondari α-asamhalogen, ester dan keton, ROSO2R’ dimana
R’= p-tolil, CF3, CH3dsb. Nukleofil dengan kebasaan biasanya adalah paralel.
Kecepatan realatif reaksi nuklefilik juga tergantung pada substrat dan living
grup.Dari reaksi-reaksi di bawah ini, tentukan nukleofil dan elektrofil setiap
reaktannya. Pada a, bdan c terdapat bagian yang dari asetophenon, yang dapat
berperan baik sebagai nukleofil maupun elektrofil.
Reaksi
adisi nukleofilik terjadi apabila gugus yang pertama kali menyerang suatu
ikatan rangkap merupakan pereaksi nukleofil. Reaksi adisi nukleofilik ditemukan
pada senyawa C yang mengandung ikatan rangkap antara dua atom C dengan atom
lain, seperti senyawa yang mengandung gugus karbonil dan senyawa yang mempunyai
gugus sianida. Contoh reaksi adisi nukleofilik adalar reaksi antara
dimetil-keton dengan asam sianida menghasilkan 2-siano-2-propanol.
Reaksi
substitusi atau disebut reaksi pertukaran gugus fungsi terjadi saat atom atau
gugus atom dari suatu senyawa karbon digantikan oleh atom atau gugus atom lain
dari senyawa yang lain. Secara umum mekanismenya:
Atom karbon
ujung suatu alkil halida mempunyai muatan positif parsial. Karbon ini bisa
rentan terhadap (susceptible; mudah diserang oleh) serangan oleh anion dan
spesi lain apa saja yang mempunyai sepasang elektron menyendiri (unshared)
dalam kulit luarnya. Dalam suatu reaksi substitusi alkil halida, halida itu
disebut gugus pergi (leaving group) suatu istilah yang berarti gugus apa saja
yang dapat digeser dari ikatannya dengan suatu atom karbon. Ion Halida
merupakan gugus pergi yang baik, karena ion-ion ini merupakan basa yang sangat
lemah. Basa kuat seperti misalnya OH-, bukan gugus pergi yang baik. Spesi
(spesies) yang menyerang suatu alkil halida dalam suatu reaksi substitusi
disebut nukleofil (nucleophile, “pecinta nukleus”), sering dilambangkan dengan
Nu-. Umumnya, sebuah nukleofil ialah spesi apa saja yang tertarik ke suatu
pusat positif ; jadi sebuah nukleofil adalah suatu basa Lewis. Kebanyakan
nukleofil adalah anion, namun beberapa molekul polar yang netral, seperti H2O, CH3OH dan CH3NH2 dapat juga
bertindak sebagai nukleofil. Molekul netral ini memiliki pasangan elektron
menyendiri, yang dapat digunakan untuk membentuk ikatan sigma.
Lawan
nukleofil ialah elektrofil (“pecinta elektron”) sering dilambangkan dengan E+.
Suatu elektrofil ialah spesi apa saja yang tertarik ke suatu pusat negatif,
jadi suatu elektrofil ialah suatu asam Lewis seperti H+ atau ZnCl2.
REAKSI SUBSTITUSI NUKLEOFILIK
Reaksi Substitusi Nukleofilik Suatu nukleofil (Z:)
menyerang alkil halida pada atom karbon hibrida-sp3 yang mengikat halogen (X),
menyebabkan terusirnya halogen oleh nukleofil. Halogen yang terusir disebut
gugus pergi. Nukleofil harus mengandung pasangan elektron bebas yang digunakan
untuk membentuk ikatan baru dengan karbon. Hal ini memungkinkan gugus pergi
terlepas dengan membawa pasangan elektron yang tadinya sebagai elektron ikatan.
Ada dua persamaan umum yang dapat dituliskan:
Contoh masing-masing reaksi adalah:
- Mekanisme Reaksi Substitusi Nukleofilik Pada dasarnya terdapat dua mekanisme reaksi substitusi nukleofilik. Mereka dilambangkan dengan SN2 adan SN1. Bagian SN menunjukkan substitusi nukleofilik, sedangkan arti 1 dan 2 akan dijelaskan kemudian.
a.
Reaksi SN2
Mekanisme SN2 adalah proses satu tahap yang dapat digambarkan sebagai
berikut:
Nukleofil
menyerang dari belakang ikatan C-X. Pada keadaan transisi, nukleofil dan gugus
pergi berasosiasi dengan karbon di mana substitusi akan terjadi. Pada saat
gugus pergi terlepas dengan membawa pasangan elektron, nukleofil memberikan
pasangan elektronnya untuk dijadikan pasangan elektron dengan karbon. Notasi 2
menyatakan bahwa reaksi adalah bimolekuler, yaitu nukleofil dan substrat
terlibat dalam langkah penentu kecepatan reaksi dalam mekanisme reaksi.
Tahapan
reaksi substitusi nukleofilik bimolekuler, SN2
Nukleofil
menyerang dari belakang ikatan C — X. Pada keadaan transisi,
nukleofil dan gugus pergi berasosiasi dengan karbon di mana substitusi akan
terjadi. Pada saat gugus pergi terlepas dengan membawa pasangan electron,
nukleofil memberikan pasangan elektronnya untuk dijadikan pasangan elektron
dengan karbon.
Diagram
perubahan energi reaksi SN2
Mekanisme
reaksi substitusi nukleofilik biomolekul SN2
Mekanisme
reaksi SN2 hanya terjadi pada alkil halida primer dan sekunder. Nukleofil yang
menyerang adalah jenis nukleofil kuat seperti -OH, -CN, CH3O-. Serangan
dilakukan dari belakang. Untuk lebih jelas, perhatikan contoh reaksi mekanisme
SN2 bromoetana dengan ion hidroksida berikut ini
Peranan
gugus tetangga pada mekanisme reaski SN2
- Sebagai gugus yang memberikan suatu reaksi intermediate yang baru pada pusat reaksi
- Dengan adanya partisipasi gugus tetangga, konfigurasi produk sama dengan substrat. Partisipasi gugus tetangga ini juga dapat mempengaruhi kecepatan reaksi. Jika suatu gugus tetangga mempengaruhi reaksi melalui suatu jalan yang menyebabkan peningkatan kecepatan reaksi, maka gugus tetangga tersebut dikatakan sebagai ―anchimeric assistance‖
- Gugus tetangga dapat menggunakan pasangan elektronnya untuk berinteraksi dengan sisi belakang atom karbon yang menjalani substitusi, sehingga mencegah serangan dari nukleofilik, sehingga nukleofilik hanya dapat bereaksi dengan atom karbon dari sisi depan, dan produknya mengikuti konfigurasi awal. Atom atau gugus yang dapat meningkatkan laju SN2 melalui partisipasi gugus tetangga ialah nitrogen dalam bentuk amina, oksigen dalam bentuk karboksilat dan ion alkoksida, dan cincin aromatik. Partisipasi hanya efektif jika interaksinya membentuk cincin segitiga, lima dan enam.
Adapun ciri
reaksi SN2 adalah:
- Karena nukleofil dan substrat terlibat dalam langkah penentu kecepatan reaksi, maka kecepatan reaksi tergantung pada konsentrasi kedua spesies tersebut.
- Reaksi terjadi dengan pembalikan (inversi) konfigurasi. Misalnya jika kita mereaksikan (R)-2-bromobutana dengan natrium hidroksida, akan diperoleh (S)-2-butanol.Ion hidroksida menyerang dari belakang ikatan C-Br. Pada saat substitusi terjadi, ketiga gugus yang terikat pada karbon sp3 kiral itu seolah-olah terdorong oleh suatu bidang datar sehingga membalik. Karena dalam molekul ini OH mempunyai perioritas yang sama dengan Br, tentu hasilnya adalah (S)-2-butanol. Jadi reaksi SN2 memberikan hasil inversi.
- Jika substrat R-L bereaksi melalui mekanisme SN2, reaksi terjadi lebih cepat apabila R merupakan gugus metil atau primer, dan lambat jika R adalah gugus tersier. Gugus R sekunder mempunyai kecepatan pertengahan. Alasan untuk urutan ini adalah adanya efek rintangan sterik. Rintangan sterik gugus R meningkat dari metil < primer < sekunder < tersier. Jadi kecenderungan reaksi SN2 terjadi pada alkil halida adalah: metil > primer > sekunder >> tersier.
b.
Reaksi SN1
Mekanisme SN1 dalah proses dua tahap. Pada tahap pertama, ikatan antarakarbon
dengan gugus pergi putus.
Gugus pergi
terlepas dengan membawa pasangan elektron, dan terbentuklah ion karbonium. Pada
tahap kedua (tahap cepat), ion karbonium bergabung dengan nukleofil membentuk
produk
Pada
mekanisme SN1, substitusi terjadi dalam dua tahap. Notasi 1 digunakan sebab
pada tahap lambat hanya satu dari dua pereaksi yang terlibat, yaitu substrat.
Tahap ini sama sekali tidak melibatkan nukleofil.
Reaksi
substitusi nukleofilik unimolekuler (SN1)
Reaksi
substitusi nukleofilik unimolekuler (SN1) terjadi melalui dua tahapan. Pada
tahap pertama, ikatan antara karbon dan gugus bebas putus, atau substrat
terurai. electron – electron ikatan terlepas bersama dengan gugus bebas,
dan terbentuklah ion karbonium. Pada tahap kedua, yaitu tahap cepat, ion
karbonium bergabung dengan nukleofil akan membentuk hasil.
Diagram
perubahan energi reaksi SN1
Mekanisme
reaksi substitusi nukleofilik unimolekuler, SN1
Mekanisme
reaksi SN1 hanya terjadi pada alkil halida tersier. Nukleofil yang dapat
menyerang adalah nukleofil basa sangat lemah seperti H2O, CH3CH2OH. Pada reaksi
SN1 terdiri dari 3 tahap reaksi. Sebagai contoh adalah reaksi antara
t -butil bromida dengan air.
Tahap 1
Tahap 2
Tahap 3
Kecepatan
reaksi akan ditentukan oleh seberapa cepat halogenalkana terionisasi. Karena
tahapan awal yang lambat ini hanya melibatkan satu spesies, maka mekanisme ini
disebut sebagai SN1 – substitusi, nukleofilik, satu spesies yang
terlibat dalam tahap awal yang lambat.
Berikut ini
adalah ciri-ciri suatu reaksi yang berjalan melalui mekanisme SN1:
- Kecapatan reaksinya tidak tergantung pada konsentrasi nukleofil. Tahap penentu kecepatan reaksi adalah tahap pertama di mana nukleofil tidak terlibat
- Jika karbon pembawa gugus pergi adalah bersifat kiral, reaksi menyebabkan hilangnya aktivitas optik karena terjadi rasemik. Pada ion karbonium, hanya ada a gugus yang terikat pada karbon positif. Karena itu, karbon positif mempunyai hibridisasi sp2 dan berbentuk planar. Jadi nukleofil mempunyai dua arah penyerangan, yaitu dari depan dan dari belakang. Dan kesempatan ini masing-masing mempunyai peluang 50 %. Jadi hasilnya adalah rasemit. Misalnya, reaksi (S)-3-bromo-3-metilheksana dengan air menghasilkan alkohol rasemik.
Spesies
antaranya (intermediate species) adalah ion karbonium dengan geometrik planar sehingga
air mempunyai peluang menyerang dari dua sisi (depan dan belakang) dengan
peluang yang sama menghasilkan adalah campuran rasemik X yang melalui mekanisme
SN1 akan berlangsung cepat-Reaksi substrat R jika R merupakan
struktur tersier, dan lambat jika R adalah struktur primer. Hal ini sesuai
dengan urutan kestabilan ion karbonium, 3o > 2o >> 1o.
c.
Perbandingan
Mekanisme SN1 dan SN2
Tabel berikut memuat ringkasan mengenai mekanisme
substitusi dan mebandingkannya dengan keadaan-keadaan lain, seperti keadan
pelarut dan struktur nukleofil.
Tabel1: Perbandingan reaksi SN2 dengan SN1 SN2
SN1
Pada tahap
pertama dalam mekanisme SN1 adalah tahap pembentukan ion, sehingga mekanisme
ini dapat berlangsung lebih baik dalam pelarut polar. Jadi halida sekunder yang
dapat bereaksi melalui kedua mekanisme tersebut, kita dapat mengubah
mekanismenya dengan menyesuaikan kepolaran pelarutnya. Misalnya, mekanisme
reaksi halida sekunder dengan air (membentuk alkohol) dapat diubah dari SN2
menjadi SN1 dengan mengubah pelarutnya dari 95% aseton-5% air (relatif
tidak-polar) menjadi 50% aseton-50% air (lebih polar, dan pelarut peng-ion
yanglebih baik). Kekuatan nukleofil juga dapat mengubah mekanisme reaksi yang
dilalui oleh reaksi oleh reaksi SN. Jika nukleofilnya kuat maka mekanisme SN2
yang terjadi.
Berikut ini
ada beberapa petunjuk yang digunakan untuk mengetahui apakah suatu nukleofil
adalah kuat atau lemah.
- Ion nukleofil bersifat nukleofil. Anion adalah pemberi elektron yang lebih baik daripada molekul netralnya. Jadi
- Unsur yang berada pada periode bawah dalam tabel periodik cenderung merupakan nukleofil yang lebih kuat daripada unsur yang berada dalam periode di atasnya yang segolongan. Jadi
- Pada periode yang sama, unsur yang lebih elektronegatif cenderung merupakan nukleofil lebih lemah (karena ia lebih kuat memegang elektron). Jadi
Karena C dan
N N: ,ºberada dalam periode yang sama, tidak mengherankan
jika pada ion -:C yang bereaksi adalah karbon, karena sifat nukleofilnya lebih
kuat.
sumber:
https://www.ilmukimia.org/2013/04/perbedaan-mekanisme-sn2-sn1-e1-dan-e2.html
https://ajmainchemistry.files.wordpress.com/2014/02/mekanisme-reaksi-organik.pdf
http://faradillahmaulina.blogspot.co.id/2016/02/reaksi-substitusi-nukleofilik.html
http://ranikhoiriyah206.blogspot.co.id/search?updated-max=2016-02-21T07:30:00-08:00&max-results=7&start=3&by-date=false
berdasarkan artikel diatas terdapat permasalahan, antara lain:
demikian artikel yang saya susun jika terdapat kekurangan saya mohon maaf.
berdasarkan artikel diatas terdapat permasalahan, antara lain:
1. Kebanyakan nukleofil
adalah anion, namun beberapa molekul polar yang netral, seperti H2O, CH3OH dan CH3NH2 dapat juga
bertindak sebagai nukleofil. Molekul netral ini memiliki pasangan elektron
menyendiri, yang dapat digunakan untuk membentuk ikatan sigma. Bagaimana pendapat
anda mengenai pasangan elektron menyendiri dan buktikan bahwa pasangan elektron
menyendiri itu dapat digunakan untuk membentuk ikatan sigma?
2. Mengapa partisipasi
gugus tetangga dapat mempengaruhi kecepatan suatu reaksi? Bagaimana
kecepatannya?
3. Mengapa kecepatan
realatif reaksi nuklefilik juga tergantung pada substrat dan living grup?
demikian artikel yang saya susun jika terdapat kekurangan saya mohon maaf.
Saya akan menjawab permasalahan yang ke-2. Menurut literatur yang saya baca, partisipasi gugus tetangga dalam reaksi nukleofilik adalah dapat mempengaruhi kecepatan reaksi. Karena suatu gugus tetangga mempengaruhi reaksi melalui suatu jalan yang menyebabkan peningkatan kecepatan reaksi, maka gugus tetangga tersebut dikatakan sebagai “anchimeric assistance”. Peningkatan kecepatan reaksi dengan adanya partisipasi gugus tetangga diketahui dengan membandingkan laju reaksi suatu senyawa yang memiliki gugus tetangga dengan reaksi yang sama pada senyawa analog yang tidak memiliki gugus tetangga.
BalasHapusPertanyaan nomor 3 akan saya coba jawab menurut artikel yang saya baca adalah Nukleofil menyerang dari belakang ikatan C-X. Pada keadaan transisi, nukleofil dan gugus pergi berasosiasi dengan karbon di mana substitusi akan terjadi. Pada saat gugus pergi terlepas dengan membawa pasangan elektron, nukleofil memberikan pasangan elektronnya untuk dijadikan pasangan elektron dengan karbon. Notasi 2 menyatakan bahwa reaksi adalah bimolekuler, yaitu nukleofil dan substrat terlibat dalam langkah penentu kecepatan reaksi dalam mekanisme reaksi.
BalasHapussaya akan menjawab pertanyaan nomor 1 menurut artikel yang saya baca pasangan elektron menyendiri seperti pada amina dimana Molekul amina mengandung atom nitrogen sp3 yang terikat pada tiga atom hydrogen. Molekul amina mempunyai struktur yang sama: suatu atom nitrogen sp3 terikat pada satu atau lebih atom karbon. Dalam amina atau ammonia, nitrogen mempunyai satu orbital yang terisi dengan sepasang elektron valensi menyendiri.
BalasHapusPasangan elektron menyendiri dalam orbital terisi pada nitrogen dari ammonia dan amina memungkinkan senyawa ini berfungsi sebagai basa. Bila amina diperlakukan dengan asam, elektron yang takterbagi digunakan untuk membentuk ikatan sigma dengan asam. Hasilnya adalah garam amina.